Senin, 02 Desember 2013

Contoh Karya Ilmiah (Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share/TPS)



KARYA ILMIAH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

LAPORAN
DIAJUKAN DALAM MEMENUHI TUGAS
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PDGK 4501)


DISUSUN OLEH :

        NAMA MAHASISWA     : ..........................................
        NIM                                   : ..........................................
        MASA REGISTRASI      : ..........................................
        PROGRAM STUDI         : ..........................................
                                                                        


TAHUN







ABSTRAK

Penelitian Karya Ilmiah ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar dengan strategi penggunaan pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berempat. TPS ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari TPS ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, TPS ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.
Peningkatan hasil belajar sangat diharapkan, agar siswa memperoleh ketuntasan dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari guru, tugas utama dari seorang guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih para siswanya, untuk itu diharapkan guru dapat menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran

Kata Kunci : Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan dalam semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang sangat baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didik nya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
Peningkatan hasil belajar sangat diharapkan, agar siswa memperoleh ketuntasan dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari guru, tugas utama dari seorang guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih para siswanya, untuk itu diharapkan guru dapat menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Slameto (2010: 76) belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi yang tepat untuk dapat  mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
Sejalan dengan hal ini menunjukkan perlu adanya pembaharuan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam proses pembelajaran adalah pemilihan berbagai strategi atau metode dalam belajar yang sesuai dengan situasi, baik dari guru maupun siswanya sehingga tujuan dan hasil pembelajaran yang direncanakan akan tercapai.
Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis akan membahas tentang menggunakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.



B. Batasan Masalah

            Didalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan membahas mengenai pengertian model pembelajaran kooperatif dan tipe Think Pair Share (TPS). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka penbelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan ( Wina Sanjaya, 2010: 242 ).
Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa pernah menggunakannya atau mengalaminya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Menurut Wina Sanjaya pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Wina Sanjaya, 2010: 244).
            Sedangkan Think Pair Share (TPS) Menurut Anita Lie (2010: 57)  berpikir berpasangan berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. TPS ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari TPS ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, TPS ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang menjadi alasan penulis membuat karya ilmiah ini, penulis membuat karya ilmiah ini dengan tujuan untuk:
a.             Melengkapi tugas mata kuliah dengan Penulisan Karya Ilmiah
b.             Mengetahui pengertian atau definisi Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Think Pair Share (TPS)
c.             Mencapai tujuan pendidikan, baik dalam menanamkan konsep mengembangkan proses berpikir tinggi, mengembangkan nilai dan sikap dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
d.             Penulis dan pembaca merasa terpanggil untuk menunjukkan keprofesionalnya sebagai guru akan lebih meningkatkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
e.             Mewujudkan visi dan misi sekolah yang selalu berupaya meningkatkan prestasi akademik.

D.       Metode Penelitian
Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dan literatur media internet. Penulis mempelajari beberapa buku referensi yang sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas dalam karya ilmiah ini. Penulis juga menggunakan metode penelitian, yakni penulis melakukan praktek mengajar di Sekolah ...............................................



 
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2010: 248) pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :
1.                   Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok, yaitu guru memberikan gambaran umum tentang meteri pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.

2.                   Belajar dalam kelompok
Siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya, pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen. Menurut Lie dalam Wina Sanjaya (2005) kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang yang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainya dari kelompok kemampuan kurang. Dalam kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengejar, meningkatkan relasi dan interaksi, juga pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan secara bersama, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

3.                   Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai barsama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.


4.                   Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuaan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tin untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif melalui fase-fase sebagai berikut:
1.                   Fase menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat aktif selama proses pembelajaran.

2.                   Fase menyajikan informasi
Sebelumnya guru telah membuat silabus dan rencana pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari secara garis besar, bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam memehami materi yang akan diajarkan.

3.                   Fase mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
Dalam tahap ini guru membagi siswa dalam kelompok belajar. Pemilihan anggota kelompok belajar diperoleh berdasarkan skor yang didapat siswa. Setelah diurutkan, siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 25% kelompok siswa dengan kemampuan tinggi, 50% kelompok siswa dengan kemampuan sedang dan 25% kelompok siswa dengan kemampuan rendah.



4.                   Fase membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap kegiatan kelompok siswa bekerja dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Selama kegiatan kelompok guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan tiap kelompok dan memotivasi setiap siswa untuk berinteraksi antar sesama teman sekelompoknya maupun dengan guru.

5.                   Evaluasi
Guru memberikan tes berupa ulangan harian kepada siswa yang dikerjakan secara individu dalam waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Soal yang dikerjakan secara individu tersebut akan digunakan untuk melihat nilai perkembangan siswa. Skor yang diperoleh siswa selanjutnya diproses untuk mentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

6.                   Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok adalah penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan oleh anggota kelompok. Untuk menentukan skor kelompok tersebut terlebih dahulu dihitung poin kemajuan siswa.

B.   Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah Think-Pair-Share (TPS)
1.             Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2.             Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3.             Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4.             Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.



C.  Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Penulis dapat menyimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.                   Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa langkah:
a.    Memilih suatu pokok bahasan
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
b.    Membuat Silabus
c.    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang disusun berdasarkan langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS
d.    Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)
e.    Pembentukan kelompok
Sebelum memulai pelajaran kooperatif terlebih dahulu dibentuk kelompok-kelompok kooperatif yang berjumlah 4-6 orang siswa. Jumlah anggota dalam setiap kooperatif tipe TPS berjumlah 4 orang, kelompok yang ditentukan ini bersifat heterogen.

2.                   Tahap Penyajian Kelas
Pada tahap penyajian kelas, kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
i.      Kegiatan Awal
Fase-1 : Tujuan dan Motivasi
a.    Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b.   Guru menghubungkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan dipelajari, yaitu dengan mengingat kembali pelajaran sebelumnya
c.    Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan bahwa akan ada penghargaan yang diberikan kepada kelompok terbaik selama mengikuti pelajaran
d.   Menjelaskan proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS secara umum

ii. Kegiatan Inti
Fase-2 : Menyajikan Informasi
Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan secara garis besar
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru mengorganisasikan siswa duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan
Fase-4 : Tahap membimbing siswa dalam kelompok belajar
a.         Guru membagikan siswa LKS yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
b.        Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan LKS dan menulis hasil pemikirannya di tempat pengisian yang tersedia secara individu (Think)
c.         Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau meyakinkan (Pair)
d.        Guru menyuruh pasangan-pasangan siswa untuk bergabung dengan kelompok mereka untuk saling bertukar fikiran atas hasil pekerjaan kelompoknya dan membandingkan jawaban keduanya, jawaban mana yang dianggap paling baik dan benar

Fase-5 : Tahap evaluasi
Siswa mempresentasikan jawaban kelompok didepan kelas. Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.


iii. Kegiatan Akhir
a.    Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi pelajaran.
b.    Guru memberikan penghargaan kelompok berupa pujian atau tepuk tangan.
c.    Guru memberi siswa kesempatan untuk mengerjakan latihan individu atau latihan dirumah dengan memberikan  pekerjaan rumah (PR).

3.                   Evaluasi
Pada tahap ini, guru memberikan tes kepada siswa yang dikerjakan secara individu dalam waktu yang ditentukan oleh guru, tes yang diberikan mencakup semua materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok akan mendapat penghargaan sesuai dengan rata-rata nilai perkembangan anggota kelompoknya yaitu sebagai kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.


 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil penelitian dalam pembelajaran,  maka dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe think Pair Share (TPS) ternyata berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Hal ini diketahui dari hasil penelitian penulis berdasarkan praktek mengajar di Sekolah ..........................................................

B.   Saran
Melalui tulisan ini peneliti memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, yaitu sebagai berikut :
1.             Sekolah, Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah yang digunakan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.             Guru, yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya dapat membimbing semua aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran kooperatif berlangsung terutama saat membimbing siswa dalam  kegiatan kelompok.
3.             Siswa, agar lebih aktif dan mau berdiskusi serta bekerja sama dengan temannya dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga kondisi kelas menjadi tenang dan terciptanya suasana belajar yang kondusif dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.
4.             Bagi pembaca atau peneliti mungkin karya ilmiah ini memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan untuk itu diharapkan kelemahan ini dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan selanjutnya bagi peneliti berikutnya.


 
Daftar Pustaka

Anita Lie. 2010. Cooperatif Learning “Mempraktikkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas”. Jakarta: PT Gramedia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana.


Maaf atas segala kekurangan !
Semoga bermanfaat bagi pembaca ....

Terima kasih. 

Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Allah